Segala puji hanya milik Allah ta’ala yang menjadikan
kebaikan di dalam sesuatu yang tidak disukai jiwa….. Segala sanjungan
hanya pantas ditujukan kepada Allah yang telah mengajarkan ilmu
kepahaman akan dien di balik perjuangan… Bagi-Nyalah pujian di awal dan
di akhir atas karunia kenikmatan iman di balik penderitaan di jalan-Nya…
Shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada penghulu muwahhidien, pengajar
kebaikan dan Rasul panutan yang menjadi uswah hasanah di dalam memikul
beban dakwah tauhid, keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang
mengikutinya sampai hari kiamat…. Wa ba’du:
Sesungguhnya dakwah tauhid yang dibawa para nabi itu bukanlah sekedar ucapan yang
dilontarkan begitu saja atau obrolan teoritis semata di hadapan halayak
bahwa ini tauhid… ini syirik.. ini thaghut dan lain sebagainya. Akan
tetapi ia adalah ucapan yang hidup dan bisa menggerakkan, ia adalah
ucapan yang mengandung beban dan konsekuensi, dan ia juga adalah ucapan
yang mengandung reaksi dan konfrontasi. Dan setelahnya hiduplah orang
yang hidup diatas kejelasan, dan matilah orang yang mati diatas
kejelasan, dan ini akan lebih nampak jelas saat pelakunya hidup di bawah
sistim kejahiliyyahan yang dipaksakan…
Sesungguhnya hakikat
kemenangan bukanlah keberkuasaan memerintah negeri tanpa tunduk kepada
hukum ilahi, namun hakikat kemenangan adalah keteguhan dan keistiqamahan
di atas al haq sampai akhir kehidupan dunia dijalani:
“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dia dimasukkan ke dalam surga, maka dia telah menang.” [Ali Imran: 185]
Semua
kita yang memahami tauhid mengharapkan hal itu tentunya, tapi pada
aplikasinya pada saat ujian dan cobaan datang bertubi-tubi, maka tidak
sedikit yang terkapar dan bergelimpangan di tengah jalan, tidak tahan
dengan derita kehidupan saat harus dihadapkan kepada kejahatan
musuh-musuh Allah yang tidak menyukai prinsip yang dipegangnya.
Saudaraku…camkanlah
sesungguhnya manusia saat diajak dan diseru kepada kebaikan dan tauhid,
maka banyak sekali yang menerima dan menyambut seruan itu, namun bila
ujian berdatangan dan cobaan beriringan, maka mulailah berguguran
orang-orang yang di dalam hatinya ada keraguan dan kemunafiqan, dan
minggirlah orang yang minggir ke pinggir jalan dan rela hanya menjadi
penonton karena keimanan yang lemah di dalam hatinya, dan teguhlah orang
yang teguh di atas jalan dan ujian dan Allah pun meneguhkannya karena
Dia mengetahui kejujurannya yang ada di dalam hatinya.
“Dia mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, maka Dia-pun menurunkan ketenangan kepada mereka.” [Al Fath: 18]
Orang
macam terakhir ini adalah orang-orang yang mana ujian dan cobaan tidak
menambahkan baginya kecuali keimanan dan keberserahan diri kepada Allah,
setiap kali melihat dan merasakan kepedihan ujian dan persekongkolan
musuh-musuh Allah terhadapnya, maka keyakinannya terhadap kebenaran
prinsip yang dibawanya semakin mantap dan meresap menyatu di dalam jiwa
yang melahirkan keterharuan dan aliran air mata akibat kebahagiaan jiwa
di balik derita yang dialami di jalan Allah. Sungguh bahagia orang yang
mengalami dan merasakannya, dan rugilah orang yang terhalang darinya.
“Dan tatkala orang-orang mu’min melihat pasukan-pasukan yang bersekutu itu, maka mereka berkata: “Ini adalah apa yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami, dan sungguh benar Allah dan Rasul-Nya” dan hal itu tidak menambah bagi mereka kecuali keimanan dan keberserahan diri.” [Al Ahzab: 22]
Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya adalah bahwa
orang-orang yang beriman akan diuji dengan berbagai ujian dan goncangan,
dan pertolongan Allah diberikan kepada yang sabar.
Saudaraku…
tauhid dan iman itu memiliki rasa manis yang tidak bisa digambarkan
dengan ucapan dan penjelasan, namun hanya bisa dirasakan oleh orang yang
merasakan, dan ia tidak akan bisa dirasakan kecuali di balik
penderitaan di dalam mempertahankan dan memperjuangkan tauhid tersebut.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berkata:
“Tiga hal
yang barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, maka dia pasti mendapatkan
manisnya iman: Yaitu Allah dan Rasul-Nya adalah lebih dia cintai dari
selain keduanya, dia mencintai seseorang dimana dia tidak mencintainya
kecuali karena Allah, dan dia membenci kembali kepada kekafiran setelah
Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke
dalam neraka.” [Al Bukhari dan Muslim]
Penyiksaan fisik, terror
pikiran, pemenjaraan, pengisolasian, ancaman dan iming-iming kemudahan
dan fasilitas yang biasa dilakukan musuh-musuh Allah terhadap para da’i
dan mujahid adalah hal yang membahayakan bila si da’i atau mujahid itu
tidak mengedepankan Allah dan Rasul-Nya.
Oleh sebab itu untuk
mengantisipasi di dalam menghadapi beban-beban berat itu Allah ta’ala
mengajarkan kita cara mengokohkan jiwa, diantaranya qiyamullail yang
panjang, tilawatul qur’an di malam hari, munajat dan berdoa kepadanya
dengan sepenuh hati, memperbanyak dzikir, sebagaimana di dalam surat Al
Muzzammil, juga mengkaji sirah orang-orang mu’min terdahulu yang banyak
di singgung di dalam Al Qur’an dan As Sunnah….
Saudaraku…Ukurlah
setiap ucapan dengan kemampuan diri di dalam memikul konsekuensinya,
jangan sampai semangat yang meledak-ledak mendorong engkau melontarkan
ucapan di depan umum yang justru engkaulah orang pertama yang ciut dan
ketakutan saat ucapan tersebut mendatangkan konsekuensi dan mengundang
reaksi balik musuh Allah, sehingga akhirnya engkau menjadi bahan
cemoohan lawan dan kawan yang sebelumnya kagum kepadamu….
Dan
jangan sekali-kali menantang ujian dan cobaan, namun memintalah
keteguhan kepada Allah di dalam menghadapi ujian, dan bersabarlah bila
ujian itu datang kepadamu, dan mulai dari situ engkau mengetahui
kemampuan dirimu….
Saudaraku… Hiasilah diri engkau dengan akhlaq
mulia, jagalah lisan dan jangan hiraukan celaan. Semoga Allah ta’ala
membimbing kita semua… Amiin…
17 Dzul Qa’dah 1431 H
Abu Sulaiman
Ghurfah infiradiyyah Sijn Thaghut
=============================
source : MILLAH-IBRAHIM.COM
0 komentar:
Posting Komentar